Menentukan Arah Kiblat dg Matahari.

Posted on 08.13.00 Under 0 komentar



Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menetapkan arah kiblat alias posisi lurus dengan Ka’bah di Makkah. Bagi yang mahir ilmu falak, arah kiblat bisa dilakukan dengan menggunakan penghitungan matematis menggunakan rumus segitiga bola atau yang dikenal dengan Spherical Trigonometri dengan mengetahui terlebih dahulu koordinat Lintang dan Bujur, baik Ka’bah maupun lokasi yang akan diukur. Meski agak rumit, cara ini bisa dilakukan kapan saja, tanpa menunggu waktu-waktu khusus.

Ada pula cara yang dinilai lebih gampang, yakni berpatokan kepada bayang-bayang yang dihasilkan matahari pada peristiwa yang dikenal istiwa’ a’dham atau rashdul qiblat. Saat rashdul qiblat berlangsung, posisi matahari tepat di atas Ka’bah sehingga seluruh bayangan benda tegak lurus akan mengarah ke arah Baitullah (kiblat).

Rashdul qiblat hanya terjadi dua kali dalam setahun, yaitu pada tanggal 28 Mei (atau 27 Mei di tahun kabisat) sekitar pukul 16.18 WIB dan 16 Juli (atau 15 Juli di tahun kabisat) sekitar pukul 16.27 WIB. Jam-jam tersebut merupakan waktu dzuhur untuk kotak Makkah.

Detik-detik rashdul qiblat menjadi momentum untuk menemukan arah kiblat yang akurat atau meluruskan kembali arah kiblat dari rumah ibadah yang sudah dibangun. Setidaknya ada dua cara mudah untuk menentukan arah kiblat ketika matahari melintas persis di atas Ka’bah.

Pertama, dilakukan di dalam masjid/mushala yang terdapat jendela di bagian mihrabnya. Di Indonesia, karena terjadi pada sore hari maka arah sinar menuju ke timur. Bila cahaya matahari yang masuk lewat jendela mihrab segaris dengan kiblat masjid/mushalla, maka artinya kiblat rumah ibadah itu sudah tepat. Namun, bila melenceng, serong ke kanan atau ke kiri, artinya patut diluruskan dengan garis semburat cayaha tersebut.

Berikut ilustrasi gambar masjid yang tak lurus kiblat (terlalu serong ke kanan):

Kedua, dilakukan di luar ruangan yang memungkinkan kontak langsung cahaya matahari. Yang dibutuhkan adalah bayangan dari benda tegak lurus saat rashdul qiblat berlangsung. Benda tersebut bisa terdiri dari tongkat lurus yang ditegakkan severtikal mungkin, atau benang tebal yang dibebani bandul dan menggantung di atas kayu penyangga. Garis yang ditarik dari ujung bayangan ke pangkal benda (ke arah barat sedikit serong ke utara) adalah arah kiblat yang akurat.

Berikut ilustrasi gambar praktik pencarian kiblat dengan bayangan benda di ruang terbuka:
Yang mesti diperhatikan sebelum melakukan itu semua, siapkan jam atau arloji yang sudah dikalibrasi waktunya secara tepat dengan radio, televise, atau internet. Juga sejumlah perangkat lain, seperti spidol, penggaris, atau sejenisnya untuk menandai arah kiblat begitu rashdul qiblat berlangsung. Sejumlah persiapan itu penting agar pengamatan tak berlangsung terburu-buru karena detik-detik rashdul qiblat berlangsung hanya sebentar dengan masa toleransi kira-kira 1 hingga 2 menit.
Lembaga Falakiyah PBNU mengingatkan, secara geografis/astronomis, kota Mekkah terletak di 39o49’34” LU dan 21o25’21” BT. Dari Indonesia, koordinat ini berada pada arah barat laut dengan derajat bervariasi antara 21o-27o menurut koordinat (garis lintang dan garis bujur) masing-masing daerah.

Arah kiblat Indonesia bukanlah ke barat. Jika ke barat maka semua wilayah Indonesia yang terletak di 34o7’ LU dan seterusnya (ke utara), seperti Aceh, akan lurus dengan Negara Ethiopia atau melenceng ke selatan sejauh 1750 km dari Mekkah. Begitu juga yang terletak di 4o39’ LS sampai 3o47’ LU, menghadap barat berarti lurus dengan Negara Kenya.



About the author

Huy Dinh Quang (known as Nhamngahanh) is a blogger and founder of Simplexdesign blog . Learn more about him here and connect with SimplexDesign community in Twitter,Facebook,and Google+


0 komentar